pbnbigesdi

Takaaki Nakagami Ketularan Menggunakan Taktik Towing Marc Marquez

RiderTua.com – Takaaki Nakagami ketularan : Menggunakan taktik sama seperti Marc Marquez. Saat kualifikasi MotoGP, Marquez lebih memilih menyelinap ke dalam slipstream Francesco Bagnaia atau pembalap Ducati lain bahkan mengirimkan ‘mata-mata’ ke ujung pitlane agar tidak melewatkan momen ideal untuk melaju. Ini adalah taktik yang membuat Marquez mendapat tambahan 0,1 atau 0,2 detik pada fast lapnya. Tapi kelakuan Marc itu membuat Bagnaia dan pembalap lain ‘marah’. Di Buriram, giliran Jack Miller menjadi korban Marquez di Q1.

Agar bisa menjadi yang terdepan dan berkembang di grid start, Takaaki Nakagami kini juga mengandalkan trik towing atau slipstream tersebut. “Biasanya saya lebih suka membalap sendirian, tapi terkadang sulit mencapai catatan waktu yang baik dengan cara ini. Itu sebabnya saya mulai mencari slipstream dari pembalap KITM dan Ducati yang cepat di Thailand,” ungkap pembalap asal Chiba Jepang itu.

Marc Marquez - Pecco Bagnaia
Marc Marquez – Pecco Bagnaia

“Hal ini mempunyai berbagai macam keuntungan. Pertama, ini membantu kita berakselerasi lebih baik di trek lurus dan menemukan kecepatan lebih. Dan kedua, kita terbiasa dengan perbedaan aerodinamis dibandingkan membalap sendirian. Mengikuti seseorang berdampak besar pada aerodinamis motor kita, dan berada di belakang pembalap cepat lainnya selama latihan sangat membantu dalam balapan. Tidak ada lagi kepanikan di tengah kerumunan!” ujar Takaaki Nakagami.

Tanpa tedeng aling-aling, Taka juga mengaku bahwa dia akan menyempurnakan taktik barunya tersebut pada balapan berikutnya di Malaysia. “Sirkuit Sepang memiliki dua lintasan lurus yang panjang, dan untuk performa maksimal serta posisi terbaik di grid, saya akan secara konsisten mencari slipstream, menggunakan taktik yang sama seperti Marc Marquez!” ujar rider LCR Honda itu.

Maka hasil balapan yang lebih baik mungkin terjadi dibandingkan hanya finis di posisi ke-14 di Buriram. “Setelah start saya sedikit kecewa dengan diriku sendiri. Saya berhasil lolos dengan baik, namun kemudian saya terjebak dalam sekelompok pembalap dan tidak dapat mengambil posisi apa pun. Menjelang akhir balapan, kecepatanku berada di 5 besar atau 6 besar. Tapi di awal saya terlalu lambat,” pungkas rekan setim Alex Rins itu.

Read More

Jack Miller : Terlalu Banyak Wheelspin dan Sedikit Akselerasi

RiderTua.com – Setelah finis ke-10 dalam sprint race di Thailand, Jack Miller nyaris kehilangan poin pada race hari Minggu. “Balapan yang panjang dan berat. Saya memberikan apa yang saya bisa. Tapi itu yang terjadi. Meskipun Brad Binder jelas menjadi yang tercepat di sektor pertama lintasan, sepanjang akhir pekan saya kesulitan untuk menemukan tenaga yang diperlukan untuk keluar dari tikungan, terutama saat keluar tikungan 1 dan tikungan 3,” ungkap rider Red Bull KTM itu kecewa usai balapan.

Sama seperti semua pembalap MotoGP lainnya (kecuali Alex Marquez), Miller memilih kompon hard pada roda belakang. Namun dia tidak menemukan penjelasan, mengapa ban jenis tersebut tidak bekerja maksimal pada motornnya. “Saya mencoba segalanya untuk menemukan lebih banyak traksi untuk keluar dari tikungan. Saya mengubah racing lineku, saya meluruskan motor lebih awal, saya membalap dengan sedikit merebahkan motor (old school), saya memindah gigi lebih awal, saya benar-benar mencoba segalanya. Tapi tidak ada yang membantu,” ujar pembalap asal Australia itu. Mungkin karena terlalu berat bawa galon air, makanya tenaga motor berkurang saat akselerasi keluar dari tikungan.. 😂

Jack Miller : Terlalu Banyak Wheelspin dan Sedikit Akselerasi

Jack Miller
Jack Miller

Jack Miller melanjutkan, “Motornya tidak secepat seperti yang lain, saya kalah 2 atau 3 motor saat keluar tikungan. Bahkan para pembalap Yamaha menjauh dan mengambil satu atau dua jarak dariku di trek lurus. Jika kita masih ingin menyerang dan menebus defisit dalam perjalanan ke tikungan berikutnya, itu akan sulit.”

Miller tidak mampu memperbaiki diri setelah start dari posisi ke-15, namun terpaksa kehilangan poin dari Enea Bastianini yang mengejar ketertinggalan setelah dua pertiga jarak balapan dan harus puas finis di posisi ke-16.

“Saat performa ban turun, saya kehilangan lebih banyak kecepatan. Sangat mengecewakan bahkan tidak membawa pulang poin apa pun, juga karena para pembalap di tim bekerja sangat keras. Tapi begitulah kelas MotoGP saat ini. Kita menyelesaikan balapan 14 detik di belakang pemenang dan kita masih pulang dengan tangan kosong!” keluh rider berjuluk Thriller Miller itu.

Read More

Jorge Martin : Mulai Merasakan Tekanan, Pecco Super Kuat dalam Duel

RiderTua.com – Dengan kemenangan yang diraih dengan susah payah di GP Thailand pada hari Minggu, Jorge Martin memperkecil selisihnya dengan pemimpin klasemen Pecco Bagnaia menjadi 13 poin. Pembalap Pramac Ducati itu menyatakan bahwa dia tidak hanya menang melawan Brad Binder tetapi terutama melawan rival perebutan gelarnya Bagnaia. “Saya menimbang dan menunjukkan bahwa saya bisa menang dalam duel,” kata pembalap berusia 25 tahun itu.

“Saat Pecco mendekati kami, menurutku dia akan menang. Karena dia super kuat dalam duel. Dari balapan lain, kami tahu bahwa dia biasanya menang. Mengalahkannya di zona nyaman itu sangat penting. Saat ada pertarungan, biasanya saya agak kesulitan menyalip atau mengerem dengan keras, tapi kali ini saya punya kepercayaan diri untuk melawan. Brad dan Pecco adalah yang paling kuat dalam mengerem. Mengalahkannya dalam pertarungan adalah feeling yang luar biasa,” tambah Martin yang juga memenangkan duel melawan Bagnaia di Sachsenring musim ini.

Jorge Martin : Mulai Merasakan Tekanan

Jorge Martin - Pecco Bagnaia
Jorge Martin – Pecco Bagnaia

Ada juga rasa lega yang sangat besar karena bisa menang dalam jarak penuh setelah Jorge Martin kehilangan dua peluang di balapan utama di Mandalika (crash saat memimpin) dan di Phillip Island (finis di posisi ke-5 karena menggunakan ban soft). “Bahkan saya tidak begitu senang dengan kemenangan sprint pada hari Sabtu, saya hanya fokus pada race hari Minggu. Saya belum bisa tidur nyenyak selama 4 hari dan sekarang akhirnya saya bisa tidur nyenyak lagi,” ujar rider asal Madrid Spanyol itu.

Rider berjuluk Martinator itu melanjutkan, “Dua balapan terakhir sangat berat bagiku, Mandalika lebih berat dibandingkan Australia karena di Australia terjadi karena kesalahan dalam pemilihan ban. Kesalahanku di Indonesia, terjatuh dengan keunggulan 3 detik, itu gap yang sangat besar. Itu sangat menyakitkan dan itulah mengapa tekanannya tinggi pada race hari Minggu di Buriram.”

Rekan setim Johann Zarco itu menambahkan, “Kemenangan memberiku banyak motivasi untuk balapan berikutnya. Sekarang ini yang terpenting adalah mental. Kami berdua sangat kuat pada hari Minggu, jadi kami harus menjaga konsentrasi tetap tinggi dan mencoba memenangkan lebih banyak balapan.”

Dalam 17 dari 20 seri, Martin meraih 4 kemenangan di balapan utama dan 7 kemenangan di sprint (yang terbaru 5 kemenangan berturut-turut). Sebaliknya, Pecco Bagnaia berhasil membukukan 6 kemenangan dalam jarak penuh ditambah 4 kemenangan dalam sprint (meskipun belum menang lagi sejak Spielberg pada bulan Agustus) musim ini.

Dengan tiga Grand Prix tersisa, dengan selisih 13 poin semuanya masih terbuka. Seperti diketahui, Martin sempat memimpin Kejuaraan Dunia di Mandalika usai sprint race meski hanya selama 24 jam.

“Targetnya adalah untuk menambah poin dan kami berhasil. Saya tidak akan berbohong, saya mulai merasakan sedikit tekanan. Hanya tersisa tiga Grand Prix, kami sangat dekat, ada banyak kekurangan jadi kami tidak boleh membuat kesalahan. Itu sebabnya saya tidak fokus pada kemenangan atau pole pada hari Sabtu, tapi pada race hari Minggu. Meski demikian, target utamanya tetap untuk terus mengejar ketertinggalan poin. Mudah-mudahan kami bisa kembali memimpin dan datang ke Valencia sebagai pemimpin,” pungkas Martin usai GP Thailand.

Read More

Meski Masih Cedera Michele Pirro Jalani Tes di Jerez : Banyak Pekerjaan untuk Motor 2024

RiderTua.com – Untuk memastikan pembalap andalan Ducati di MotoGP mendapatkan motor terbaik pada tes Valencia hingga 2024, Michele Pirro melakukan tes di Jerez pekan ini meskipun dia belum dalam kondisi terbaiknya. Tes rider asal Italia itu mengalami patah pergelangan kaki kirinya di balapan final Kejuaraan CIV Italia setelah manuver pengereman yang gagal dilakukan oleh rivalnya dalam perebutan gelar Lorenzo Zanetti.

Pada hari Selasa (31/10/23) di Jerez, Pirro kembali mengendarai Desmosedici GP untuk pertama kalinya. “Saya perlu tetap mengendarai motor karena ada banyak komponen baru untuk diuji pada motor baru. Hanya melahap 20 lap di kondisi kering, dengan beberapa spot basah. Feelingnya memang aneh, tapi itu bukan masalah besar. Saya hanya merasa sulit untuk melaju. Mudah-mudahan kondisi akan sedikit lebih baik pada hari Rabu. Ban Michelin tidak menawarkan kondisi terbaik untuk kembali pada suhu seperti ini.” jelas pembalap berusia 37 tahun itu.

Meski Masih Cedera Michele Pirro Jalani Tes di Jerez : Banyak Pekerjaan untuk Motor 2024

Michele Pirro
Michele Pirro

Apakah masih masuk akal untuk melakukan tes mengingat kondisi Michele Pirro saat ini? “Tes ini diperlukan hanya untuk memahami, apakah beberapa part berfungsi dengan baik. Ini bukan tentang mengatur catatan waktu yang baik dan ngepush. Kondisinya juga belum sempurna, dan tentunya kondisi saya juga belum sempurna,” jawab tes rider Ducati itu.

“Ini hanya soal memahami situasi. Pertengahan November mungkin saya akan tes selama 2atau 3 hari lagi untuk mempersiapkan motor untuk tes terakhir tahun ini dengan pembalap reguler,” kata Pirro mengacu pada tes Valencia pada 28 November setelah akhir musim.

Dapat dimengerti bahwa tes rider asal Italia itu tidak menjelaskan secara rinci program tesnya di Jerez. Tetapi dia sedikit ngasih bocoran, “Ini tentang elektronik dan banyak part-partnya. Kami sedang mengerjakan semua area untuk mempersiapkan  motor baru.”

Read More

Joan Mir : Setidaknya Tidak Crash dan Bisa Finis

RiderTua.com – Joan Mir finis di posisi ke-12, baik dalam sprint race maupun balapan utama di GP Thailand. Tentu saja rider Repsol Honda itu sangat senang karena setidaknya dia mampu mencetak beberapa poin bukannya ndlosor seperti biasanya.

Melihat Mir crash lalu mendarat di gravel hampir menjadi hal biasa di musim yang penuh kehancuran bagi juara dunia MotoGP 2020 itu. “Hal paling positif tentang akhir pekan ini adalah kami tidak mengalami crash tetapi bisa melihat bendera kotak-kotak di kedua balapan,” ujar Mir usai GP Thailand.

Joan Mir : Setidaknya Tidak Crash dan Bisa Finis

Bahkan Joan Mir tampil kuat pada balapan utama di Buriram dan gigih memperjuangkan poin, meski di lap terakhir dia kalah dari Franco Morbidelli karena ban belakangnya aus total dan kehilangan posisi ke-11.

Marc Marquez - Joan Mir
Marc Marquez – Joan Mir

“Dari segi grip ban, di lap-lap akhir saya harus membayar banyak manuver menyalip yang saya lakukan di awal balapan. Saya memberikan 100 persen dan memiliki kecepatan yang solid sepanjang balapan. Hasilnya tidak sepenuhnya mencerminkan kemajuan yang telah kami capai. Saya akan lebih bahagia jika finis 10 teratas. Tapi kami harus menjadi lebih baik sejak awal. Hasil kami yang tertinggal pada hari Jumat dan Sabtu tidak dapat diterima,” ungkap rider asal Mallorca Spanyol itu.

Sisi positifnya, pembalap berusia 25 tahun itu memperhatikan perilaku pengereman Honda RC213V yang membuatnya mampu menyerang sepuasnya sebelum tikungan. “Tapi terlepas dari itu, balapannya masih sulit. Di kelas MotoGP, pembalap dapat membuat perbedaan saat melakukan pengereman, namun akan sulit secara fisik dan mental ketika kita berada di depan pembalap lain di awal tikungan setelah melakukan manuver pengereman yang terlambat (late braking), hanya untuk melihat mereka meluruskan motor dan menjauh lagi. Jika permainan ini terulang di mana pun selama 26 lap, mental kita akan kelelahan, belum lagi ban kita!” imbuh rekan setim Marc Marquez itu.

Bagaimanapun, itu adalah secercah harapan untuk bisa bersaing dengan ritme balap yang bisa diterima tertinggal 0,2 detik di belakang pemimpin. Dan fakta bahwa dia melewati garis finis dengan selamat di kedua balapan adalah sesuatu yang memberinya dorongan yang dia butuhkan untuk tiga Grand Prix terakhir musim ini.

“Ketika akhir musim semakin dekat dan kita tidak melihat lebih dari nol di catatan kita, itu sangat menyedihkan. Saya lega bisa memcetak beberapa poin dari balapan di India, Jepang, dan sekarang Thailand,” pungkas Joan Mir.

Read More

Enea Bastianini : Sama Seperti Bagnaia Pengereman Bermasalah

RiderTua.com – Setelah kesulitan di Sabtu pagi, Enea Bastianini memulai balapan di Thailand dari posisi ke-21 atau yang terakhir di grid. “Saya merasa tidak nyaman di FP2 dan ada masalah dengan motorku. Saya harus beralih ke motor kedua dan akhirnya hanya menjalani dua lap. Saya memasuki sesi kualifikasi dengan nervous. Itu mempengaruhi gaya balapku dan saya tidak mencetak catatan waktu yang layak,” ujar rider berusia 25 tahun itu. Dulu Bestia digadang-gadang bakal menyajikan duel maut dengan Pecco, setelah di tim pabrikan jadi loyo, padahal sudah fit 1000% sekarang.. Apakah Martin akan drop juga jika dipindah ke tim pabrikan nantinya? pasti pendukung sebelah akan berkata tidak. 😂

Pada sprint dan balapan utama, pembalap pabrikan Ducati itu setidaknya dua kali finis di posisi ke-13. “Balapannya tidak buruk. Hal tersulit bagiku saat ini adalah menyalip. Saya berada di posisi terakhir selama beberapa lap. Sulit bagiku untuk menyalip. Tapi saat saya berada jauh dari pembalap lain, kecepatan saya bagus. Secara umum, sensasi berkendara lebih baik, tidak terlalu stabil, dan grip saya juga lebih baik,” imbuh pembalap asal Rimini Italia itu.

Enea Bastianini : Sama Seperti Bagnaia Pengereman Bermasalah

Tentu saja, finis di posisi ke-13 bukanlah sesuatu yang diharapkan oleh Enea Bastianini namun dia tetap membawa beberapa hal positif. “Saya senang karena saya lebih memahami, di mana saya perlu meningkatkan diri dan melakukan sesuatu yang berbeda pada motor. Itu adalah hal yang baik. Menurutku sekarang saya bisa menjelaskan kepada tim dengan lebih baik apa yang saya butuhkan,” imbuh Bestia.

Enea Bastianini - Pecco Bagnaia
Enea Bastianini – Pecco Bagnaia

Anak asuh Carlo Pernat itu juga tahu, mengapa menyalip begitu sulit baginya saat ini. “Masalahnya saya kesulitan menghentikan pengereman di fase terakhir. Di paruh kedua balapan, saya mencoba sedikit menyesuaikan gaya balapku dan lebih banyak menggunakan rem belakang,” ungkap Bastianini.

Bestai melanjutkan, “Pada akhirnya saya menjadi lebih cepat dan saya juga bisa mengontrol keausan roda belakang dengan lebih baik. Jika masalah tidak dapat diselesaikan dengan cara lain, saya harus meningkatkan gaya balapku di balapan berikutnya. Secara fisik balapan ini lebih menuntut, juga karena saya tidak menggunakan rem jempol. Kita lihat, apakah kita bisa mencobanya lagi.”

Dengan ini, Bastianini mampu mengatasi masalah yang akhir-akhir ini juga menimbulkan masalah bagi rekan setimnya Pecco Bagnaia. Dimana Desmosedici GP23 agresif dalam mengerem saat memasuki tikungan dan keausan sulit dikendalikan, seperti yang dialami sang juara bertahan yang berulang kali mengeluh terutama sejak GP Misano.

Setidaknya akhir pekan lalu di Thailand, Pecco mengungkapkan bahwa saat ini dia kembali merasa nyaman saat mengerem. Masih harus dilihat, apakah Bastianini juga akan mencapai terobosan dalam tiga balapan terakhir di musim pertamanya yang sangat mengecewakan dan penuh cedera sebagai pembalap pabrikan.

Read More

Pecco Bagnaia: Martin Konsisten dan Agresif

RiderTua.com – Perebutan gelar juara menjadi hal yang rumit bagi Pecco Bagnaia. Jorge Martin kembali memenangkan pertarungan di depan pembalap Italia itu dalam salah satu balapan paling menarik sepanjang musim. Pembalap tim resmi Lenovo itu sudah merasakan tekanan dari Martin yang hanya terpaut 13 poin. Pecco memuji Martin sebagai pembalap yang memiliki konsistensi dan agresivitas yang luar biasa..

Posisi kedua pada balapan terakhir diperebutkan hingga lap terakhir. Bagi Bagnaia secara obyektif, ini adalah balapan yang sangat menyenangkan, tetapi Pecco harus bertarung habis-habisan untuk bisa menang, dia tidak bisa tetap tenang, Pecco harus selalu berusaha memperkecil jarak, tapi finis kedua itu bagus baginya.

Pecco Bagnaia: Martin Konsisten dan Agresif

Pecco Bagnaia - Jorge Martin
Pecco Bagnaia – Jorge Martin

Pembalap Tim Ducati Lenovo itu mengatakan, “Saya memulai balapan dengan baik, saya langsung berada di depan dan saya pikir saya bisa mengendalikan ban belakang dengan baik. Sebaliknya, paruh pertama balapan bahkan belum berakhir dan pertarungan telah dimulai,” katanya.. Sesuatu yang menurutnya membuat balapan yang sangat menyenangkan dan indah karena dia melaju dengan cepat, “Tetapi saya tidak berpikir untuk menghemat ban. Saya harus bekerja keras untuk memulihkan posisi dan sayangnya, ketika saya mendekati Binder dan Martin, saya tidak bisa kuat dalam akselerasi.”

Salah satu momen yang membuat para penonton bersemangat adalah ketika dengan dua lap tersisa Pecco sejenak bisa menyalip Brad Binder dan Jorge Martin dari sisi luar yang mustahil, namun Martin tidak menyerah dan membalasnya.. Pecco berujar, “Saya mencoba mengerem dengan kuat tetapi ketika kita berada di sisi luar, cukup bagi pembalap di sisi dalam untuk melepaskan rem sedikit dan kita bisa saja jatuh, saya akan melakukan hal yang sama untuk membela diri (jika ada pembalap menyerang dari sisi luar). Sayang sekali saya tidak bisa menyelesaikannya (menyalip dari sisi luar), ini akan menjadi moment menyalip terbaik tahun ini (jika berhasil). Saya kurang dalam hal kecepatan,” akunya.

Mengenai siapa yang lebih cepat, Jorge Martin, atau dia, Bagnaia menjawab bahwa secara obyektif, melihat dari hasil akhir pekan terakhir, Jorge lebih cepat karena dia memiliki konsistensi dan agresivitas yang luar biasa.. “Namun, dalam balapan, hasil kami sama, akhir pekan ini saya kurang memiliki daya serang, jika start lebih depan saya bisa melakukan dua balapan berbeda. Penting di kedepan untuk selalu start dari barisan depan,” katanya..

Read More

Fans Bastianini Tak Menyerah, Dukung Bestia di Valencia

RiderTua.com -Bastianini Fan Club bersiap untuk sambut seri penutup di Valencia dan masih semangat mendukung jagoannya, “Kami tidak pernah menyerah!”, kata mereka.. Enea Bastianini Fan Club telah menyiapkan kaos edisi terbatas untuk mendukung pembalap asal Rimini di momen sulit ini.

Fans Bastianini Tak Menyerah, Dukung Bestia di Valencia

Enea Bastianini memang tidak bersinar tetapi klub penggemarnya tidak menyerah. Mereka baru saja membuat kaos dengan tulisan “Beast True Fan” edisi super terbatas khusus. Selanjutnya, mereka juga mengatur perjalanan ke Valencia di mana akan hadir di tribun Amarilla. Bastianini didukung oleh kelompok yang sangat aktif dan erat yang selalu menyelenggarakan acara-acara luar biasa sejak dia berkompetisi di kelas kecil. Awalnya warna Fan Club Enea Bastianini adalah hijau kemudian berubah menjadi fuchsia. Di Misano mereka hadir dengan membawa banyak bendera dengan koreografi yang indah meski Enea absen karena cedera. Sekarang mreka akan membuat orang merasakan semua kedekatannya di momen yang sangat rumit ini.

Enea Bastianini
Enea Bastianini – Merah Putih

“Kami tidak peduli… Kami semua berada di sisi Enea dan justru ketika segala sesuatunya tidak berjalan baik, sebuah keluarga besar menemukan cara dan momen untuk mendapatkan kembali ke atas. Ini adalah momen yang sulit bagi Enea yang sama sekali tidak putus asa karena dia sudah dewasa dan dia memahami bahwa dalam karir yang begitu penting, bisa terjadi episode yang merusak kejuaraan. Kita hanya perlu membalik halaman dan memulai lagi. Ini adalah dan akan menjadi suasana hati yang kami tuju untuk mengakhiri tahun malang ini. Enea Bastianini tidak pernah dipertanyakan secara teknis. Bakatnya dilindungi dan diakui oleh semua orang. Kami terus melanjutkan dan merencanakan tahun 2024. Siapa pun yang ingin memakai kaos terbaru kami akan dapat memilikinya dan dengan demikian menunjukkan kedekatan dan keterikatan mereka dengan Enea,” kata manajer acara Fan Club Spiridione Ripaldi kepada media berbahasa Italia, Corsedimoto.

BTW, Enea Bastianini saat ini berada di peringkat-19 di klasemen dengan 45 poin, sementara rekan setimnya Pecco Bagnaia memimpin klasemen dengan 389 poin..

Read More

Apa Makna Tulisan ‘Player 33’ di Helm Brad Binder?

RiderTua.com – Sejak hari Sabtu di GP Mandalika, Brad Binder memamerkan desain helm khusus untuk mendukung tim rugby nasional Afrika Selatan. “Kami, orang Afrika Selatan, menyukai rugby. Kejuaraan Dunia Rugbi tidak diadakan setiap tahun, tapi hanya 4 tahun sekali, sehingga seluruh negara menjadi ‘demam’ Rugby di dalam negeri, sungguh luar biasa. Itu sebabnya sangat keren melakukan sesuatu yang mendukung tim kami,” ungkap rider Red Bull KTM itu.

‘Player 23’ adalah istilah populer ketika orang Afrika Selatan berbicara tentang kesuksesan tim rugby nasional mereka. Sejak GP Mandalika, Brad Binder menampilkan tulisan ‘Player 33’ di bagian atas helm HJC miliknya. “Tim rugby selalu menggunakan istilah ‘Player 23’, tulisan di helmku adalah ‘produk sampingan’ dari istilah itu,” jelas pembalap yang saat ini berada di peringkat 4 Kejuaraan Dunia MotoGP itu.

Apa Makna Tulisan ‘Player 33’ di Helm Brad Binder?

Brad Binder - Bokke
Brad Binder – Bokke

Tim Kejuaraan Dunia Rugbi Afrika Selatan (disebut ‘The Springboks’) terdiri dari 33 pemain, dan Brad Binder memiliki dengan nomor start 33! Jadi klop sudah! Pada akhir pekan di Mandalika (14-15 Oktober), Springboks (disingkat ‘Bokke’) menang saat melawan tuan rumah Prancis di perempat final.

Brad Binder adalah penggemar setia Bokkes dan helmnya saat ini dirancang oleh Lisa & Nina yang juga berasal dari Afrika Selatan. Lisa & Nina sendiri merupakan penggemar berat Springboks sekaligus juga mengagumi Brad Binder, yang baru-baru ini finis di posisi ke-3 dalam sprint dan Grand Prix pada hari Minggu di Thailand.

Final Kejuaraan Dunia Rugby di Paris dimenangkan tipis oleh Afrika Selatan pada Sabtu (28 Oktober) dalam pertandingan seru 12-11 melawan rival berat mereka ‘All Blacks’ asal Selandia Baru.

Afrika Selatan memenangi trofi ini untuk kali kedua setelah 2019. Sedangkan Selandia Baru sebelumnya berjaya pada tahun 2011 dan 2015.

Read More

Stefan Bradl : Akan Ada Beberapa Kelonggaran Bagi Yamaha dan Honda

RiderTua.com – Tim penguji MotoGP dari Ducati, Honda dan Aprilia melakukan tes selama 2 hari (Selasa dan Rabu) di Jerez. Test rider HRC Stefan Bradl mengungkapkan, “Tahun ini kami bekerja untuk tahun depan. Tidak ada hal besar yang akan terjadi saat ini, kecuali ada hal lain yang dapat kita temukan dengan cepat dan dikatakan, ‘Tidak masalah, kami dapat langsung menerapkannya’.”

“Perbedaan antara spesifikasi yang saya miliki di pit dan apa yang para pembalap kendarai sekarang di tim balap, akan menjadi lebih besar di akhir tahun karena kami mencoba hal yang berbeda. Kami sudah mencoba konfigurasi mesin baru yang tidak bisa digunakan pada musim 2023. Bagi kami, sekarang fokusnya pada 2024,” imbuh rider asal Jerman itu.

Stefan Bradl : Akan Ada Beberapa Kelonggaran Bagi Pabrikan yang Tertinggal

Mengingat situasi Honda saat ini, dimana Marc Marquez berada di peringkat 14 di Kejuaraan Dunia sebagai pembalap RC213V dengan posisi terbaik di klasemen MotoGP meskipun mengalami banyak cedera, sekali lagi Bradl menekankan, “Apa yang kami lakukan di sini akan membutuhkan lebih banyak waktu. Saya tidak bisa membayangkan Honda bersaing memperebutkan gelar juara dunia tahun depan jika kita melihatnya secara realistis.”

Stefan Bradl
Stefan Bradl

Namun masih ada secercah harapan bagi para penggemar Honda. “Hal itu selalu terjadi karena olahraga ini bergerak sangat cepat meskipun sekarang tampaknya kesuksesan beruntun Ducati tidak akan berakhir begitu cepat. Tetapi juga akan ada perubahan peraturan yang diberlakukan pada tahun depan, dan produsen yang kurang beruntung akan mendapatkan beberapa kelonggaran,” kata pembalap berusia 33 tahun itu.

CEO Dorna Carmelo Ezpeleta sendiri mengemukakan gagasan untuk membantu produsen yang kesulitan dengan memberikan konsesi. Pembicaraan tidak resmi pertama terjadi di Assen pada akhir Juni antara Dorna dan mereka yang bertanggung jawab atas 5 pabrikan motor yang diwakili di MotoGP.

Bradl menambahkan, “Akan ada beberapa kelonggaran bagi pabrikan yang sedikit tertinggal dan itu terutama akan mempengaruhi program pengujian. Saya tidak tahu persis seperti apa bentuknya nanti. Yang saya tahu adalah bahwa ini sedang diperkenalkan dan telah disetujui oleh asosiasi produsen MSMA. Mungkin kami akan mendapatkan lebih banyak alokasi ban, karena kuota kami sebagai tim penguji saat ini cukup terbatas. Saat ini kami hanya memiliki dua trek uji di Eropa, yakni Jerez dan Misano, tidak ada lagi yang diperbolehkan. Tapi kami akan memposisikan diri kami secara berbeda tahun depan.”

Saat ini, sebuah pabrikan hanya menerima 200 ban per tahun untuk tim penguji MotoGP (tidak termasuk kuota untuk entri wildcard dan tes resmi untuk pembalap reguler). Pada musim 2022 dan tahun-tahun sebelumnya, sebanyak 240 ban dikirimkan ke tim penguji.

Untuk trek uji, pabrikan harus memilih 3 lintasan untuk setiap musim. Pada tahun 2023, Honda memilih Jerez, Misano dan trek kandangnya di Mobility Resort Motegi.

“Program tes saya tentu tidak akan berkurang tahun depan, malah semakin intensif,” kata Bradl, yang akan memasuki musim ke-7 sebagai tes rider dan pembalap cadangan Honda pada tahun 2024.

Masih banyak yang direncanakan tahun ini. “Kami akan mengadakan tes lagi di Jerez hanya dalam waktu kurang dari 3 pekan yakni pada tanggal 20 dan 21 November. Kami akan berada di sini lagi pada bulan Desember pada tanggal 19 dan 20. Saya juga akan berada di sana pada tes Valencia setelah akhir musim. Tapi menurutku tidak demikian sebagai pembalap,” pungkas Stefan Bradl.

Read More