pbnbigesdi

Romano Albesiano : Aprilia Kurang Konsisten

RiderTua.com – Pada tes selama 2 hari di Jerez, tes rider Lorenzo Savadori menguji suku cadang baru untuk Aprilia. Direktur Teknik Romano Albesiano mengatakan, “Masih sekitar 90 persen motor tahun ini, tapi kami sedang menguji beberapa part untuk tahun depan dan mengerjakan banyak aspek. Kami sedang mengerjakan swing arm, mesin, elektronik dan juga beberapa komponen aero yang mudah-mudahan bisa kita lihat hari ini. Itu tergantung pada apakah cuaca memungkinkan kami melakukan beberapa putaran uji coba yang berarti.”

Tim MotoGP dari Honda, Ducati dan Aprilia melakukan tes dengan motor superbike di Jerez pada Selasa dan Rabu, namun hari pertama tes dipersingkat karena cuaca. Hanya ada lap yang benar-benar dapat digunakan dalam 2 jam antara jam 10 pagi dan 12 siang waktu setempat, saat lintasan masih kering setelah itu turun hujan.

Hal ini juga berdampak pada hari Rabu, karena di beberapa tempat, lintasan masih basah pada pagi hari sehingga tes baru bisa berjalan hingga tengah hari padahal cuaca sudah bagus sejak awal. Lorenzo Savadori melakukan pekerjaannya dengan memakai suku cadang baru pada motor lamanya. Dimana hal ini dikonfirmasi oleh Romano Albesiano dalam sebuah wawancara.

Romano Albesiano: Aprilia Kurang Konsisten

Aleix Espargaro - Maverick Vinales - Aprilia
Aleix Espargaro – Maverick Vinales – Aprilia

Romano Albesiano tahu, area mana yang perlu ditingkatkan Aprilia. “Kami kurang konsisten dan kami juga harus meningkat dalam kualifikasi (start). Kami sudah lama menderita di area ini. Saat ini kami telah meningkatkannya sebesar 70 persen, namun kami masih harus terus meningkatkannya. KTM sangat kuat di awal, itulah yang menyelamatkan musim mereka. Sayangnya kami tidak begitu baik dalam mempersiapkannya, namun itu adalah salah satu pekerjaan besar dalam pengembangan untuk tahun depan,” ungkap bos asal Italia itu.

Ban juga masih membuat pusing Albesiano. “Kami juga perlu meningkatkan pemahaman kami tentang ban, kami telah memiliki seorang spesialis di tim untuk beberapa balapan yang akan membantu kami memperdalam pengetahuan kami tentang ban,” tegas Albesiano. Ketika ditanya mengapa sekarang mereka baru menyewa seorang spesialis ban? Dia menjawab, “Karena sulit menemukan orang yang tepat.”

Bos berusia 60 tahun itu menambahkan, “Secara keseluruhan, kami tidak banyak ketinggalan. Kami telah meningkat di banyak bidang, seperti yang ditunjukkan pada balapan di Thailand. Tahun lalu kami masih sangat jauh dari posisi terdepan, namun kini kami mampu start dari barisan depan dan menyelesaikan balapan di posisi ke-5 tertinggal 4 detik dari sang pemenang. Tentu kami punya masalah dengan tekanan ban depan, tapi itu tidak mempengaruhi performa.”

Albesiano mengakui konsistensi menjadi persoalan semua pabrikan MotoGP selain Ducati. Hal ini tidak mengherankan. “Jika kita memiliki 8 pembalap di lintasan seperti Ducati, kemungkinan secara statistik lebih besar bahwa salah satu pembalap akan mengalami hari yang baik. Banyak pembalap juga berarti banyak data yang bisa dikumpulkan,” kata salah satu bos Aprilia MotoGP itu.

“Mereka telah berinvestasi. Kami telah melakukan banyak hal dan telah membangun daya saing ini. Dengan cara ini mereka berada beberapa langkah di depan kita, kita harus segera mengejar ketertinggalan. Namun saya optimis bahwa kita berada di jalur yang tepat untuk mencapai hal ini,” pungkas Romano Albesiano.

Read More

Raul Fernandez : Motornya Panas Sekali Saya Hampir Menyerah

RiderTua.com – Raul Fernandez menjalani balapan yang sulit di Thailand sehingga hanya berakhir di posisi ke-15 dan mencetak 1 poin. Pembalap RNF Aprilia itu masih merasa nyaman di paruh pertama balapan “Paruh pertama sangat bagus. Saya membalap dengan baik dan mampu berduel melawan Fabio Quartararo. Saya sudah bisa melihat podium di depanku. Namun jujur, kami tidak memiliki kecepatan untuk menempati posisi 3 besar. Tapi saya punya kecepatan untuk finis di posisi ke-5 atau ke-6,” ungkap rider berusia 22 tahun itu.

Tapi kemudian panas dari motor menyerangnya. “Kami harus meningkatkan sesuatu karena kami tidak bisa balapan seperti ini. 10 atau 11 lap pertama masih bagus, tapi setelah itu semakin buruk dan di lima lap terakhir saya merasa sangat-sangat buruk,” ungkapnya.

Raul Fernandez : Motornya Panas Sekali Saya Hampir Menyerah

Raul Fernandez
Raul Fernandez

Raul Fernandez mengakui, “Saya hampir menyerah. Saya ingin mundur, tetapi untuk menghormati tim dan Aprilia yang kali ini memiliki motor yang sangat bagus, saya berkata pada diri sendiri bahwa selama saya masih mendapatkan poin, saya akan menyelesaikan balapan. Jika saya kehilangan poin, maka saya akan memarkir motorku.”

“Karena pada akhirnya saya tidak mendapat udara segar, dan itu sangat sulit. Sebagai pembalap, kita mencoba untuk sedikit bersantai di trek lurus, tapi bukan itu cara kerjanya. Panasnya luar biasa, ini sebuah bencana. Dan itu tidak ada hubungannya dengan kebugaran fisik, karena pembalap pabrikan juga mencapai batas kemampuannya dan sangat bugar,” pungkas rekan setim Miguel Oliveira yang saat ini menempati peringkat 20 dalam klasemen itu.

Read More

Motor Dirancang Khusus Untuk Brad Binder? Pol Espargaro : Hanya Dia yang Bisa Tampil Baik!

RiderTua.com – Balapan hari Minggu di Buriram membuat Pol Espargaro frustasi. Pembalap dari Tim GASGAS Tech3 tidak bisa mengejar ketinggalan dan melewati garis finis di posisi ke-18 atau yang terakhir. Rekan semereknya di KTM juga mengalami kesulitan, kecuali Brad Binder. Bahkan pembalap asal Afrika Selatan itu mampu merayakan podium setelah finis di posisi ke-3.

Atas hal tersebut, Pol memuji performa Binder. “Saya merasa kita bisa memberi Brad motor Moto2 dan dia juga akan mampu memenangkan balapan di MotoGP. Dia berada pada level yang luar biasa,” ujar Pollycio.

Sebagai informasi, semua pembalap KTM lainnya mengalami kesulitan di GP Thailand, seperti yang terlihat pada catatan waktu. Jack Miller, Augusto Fernandez dan Pol Espargaro, tiga pembalap KTM berakhir di posisi terbawah daftar hasil.

Motor Dirancang Khusus Untuk Brad? Pol Espargaro : Hanya Dia yang Bisa Tampil Baik

Pol Espargaro
Pol Espargaro

“Saya punya banyak masalah dengan motor ini dan saya merasa Augusto merasakan hal yang sama saat balapan. Jack juga tidak menjalani balapan yang mudah kali ini,” keluh Pol Espargaro, yang melewatkan 8seri pertama tahun ini karena cedera dan masih belum merasa fit sepenuhnya.

“Suhu panas membuat balapan menjadi lebih menuntut secara fisik dan fisikku belum sepenuhnya fit atau siap menghadapi kondisi ekstrem seperti ini. Tetapi yang terpenting, saya tidak merasa nyaman dengan motor ini. Perubahan yang dialami selama setahun membuatku tidak bisa lagi membalap dengan cepat. Saya akan mencobanya. Tapi ketika saya mendengarkan apa yang dikatakan para insinyur tentang bagaimana motor harus dikendarai, saya mendapat banyak masalah dan tidak bisa cepat,” jelas pembalap berusia 32 tahun itu.

Adik Aleix Espargaro itu menambahkan, “Sebaliknya, Brad mampu melakukan late braking dan memiliki kecepatan lebih di tikungan. Gaya balap kami sebenarnya sangat mirip, tapi dia berhasil beradaptasi dan mungkin dia bisa melakukannya dengan lebih baik karena dia lebih muda dan lebih fit.”

“Tentu, dia tidak memiliki motor yang sama persis dan itu mungkin sedikit membantu, tapi menurutkua bukan itu masalahnya. Saat ini, hanya Brad yang bisa tampil baik, semua pembalap sedang kesulitan. Saya tidak mengatakan motor ini dirancang khusus untuknya, tapi dia sangat bagus sehingga dia cepat di motor apa pun,” pungkas Pol Espargaro.

Read More

Honda akan Segera Kehilangan Tim Satelit?

RiderTua.com – Seperti Yamaha, apakah Honda akan segera kehilangan tim satelit juga?.. Selain motor yang tak kunjung kompetitif dalam 4 tahun terakhir, Manajer HRC (Honda Racing Corporation) dihadapkan pada dilema lain. Setelah musim 2023 yang juga gagal total seperti 3 tahun sebelumnya, Marc Marquez dan Alex Rins yang notabene adalah dua pembalap terbaik memilih hengkang. Sementara itu, kontrak dengan tim LCR juga akan berakhir pada akhir tahun 2024!

Sebagai informasi, Marc Marquez (finis ke-3 dalam balapan hujan di Jepang) dan Alex Rins (menang dengan LCR Honda di Texas) adalah dua pembalap Honda RC213V yang berhasil naik podium MotoGP musim ini. Namun mereka mendambakan material yang lebih baik atau setidaknya lingkungan yang lebih baik untuk tahun 2024, untuk itulah Marc kemudian bergabung dengan Gresini Ducati dan Rins memutuskan untuk pindah ke tim pabrikan Yamaha sebagai rekan setim Fabio Quartararo.

Youtube RiderTua:

Honda akan Segera Kehilangan Tim Satelit?

Sejak tes pramusim di Sepang pada bulan Februari, suasana tegang terlihat di HRC dan Repsol-Honda, karena Marc Marquez sudah lama tidak melakukan apa pun. Bukan rahasia lagi bahwa Baby Alien ingin kembali melihat motor pemenang di pit setelah 3 tahun ‘hilang’. Namun sayangnya, hingga saat ini belum tersedia.

Dan setelah kesuksesannya di Austin pada bulan April lalu, Alex Rins tidak mendapatkan suku cadang baru. Suku cadang baru tetap hanya disediakan untuk tim Repsol. Tiga pekan setelah Le Mans, di mana Marc Marquez sangat memuji sasis Kalex, Rins tidak mendapat satu pun dari 5 sasis buatan Jerman itu untuk diuji coba.

Kemudian tim LCR Honda membangun kembali sasis lama dan Rins mempermalukan Marc Marquez pada hari Jumat di GP Mugello dengan menunjukkan performa terbaik Honda dengan menempati posisi ke-3.

Ketidakpuasan LCR Semakin Meningkat

Meskipun pemilik tim LCR Lucio Cecchinello sangat jelas berusaha untuk tidak mengungkapkan ketidakpuasannya ke publik, ada bocoran bahwa dia memiliki masalah dengan manajer HRC karena mereka gagal mempertahankan Rins di LCR untuk tahun 2024.

Kemudian Johann Zarco dijanjikan ke tim LCR selama 2 tahun. Namun ketika Marc Marquez mengumumkan kepergiannya dan tidak ada pengganti serupa yang bisa ditemukan tim Repsol, tiba-tiba pembalap asal Prancis itu akan dipindahkan ke Repsol.

Tapi Cecchinello jelas tidak ingin membuat sponsornya kecewa jika mereka mempekerjakan Iker Lecuona yang terbukti gagal di MotoGP (tanpa poin dalam 5 balapan pada tahun 2023 sebagai pengganti Rins yang cedera).

Cecchinello melakukan protes keras dan bersikeras pada perjanjian terkait dengan Zarco dan HRC. Oleh karena itu, HRC mendekati setiap kandidat yang memungkinkan mulai dari Pedro Acosta Miguel Oliveira, Aleix Espargaro hingga Maverick Vinales, tetapi semuanya sudah memiliki kontrak yang solid untuk tahun 2024.

Itu sebabnya Fabio ‘Diggia’ Di Giannantonio yang ‘dibuang’ Gresini karena masuknya Marc Marquez, kini kemungkinan besar akan mendapat tempat di Repsolmenjadi rekan setim Joan Mir. Seperti diketahui, saat ini mantan pembalap Suzuki itu hanya berada di peringkat 22 dalam klasemen. Sejauh ini dia mencetak 20 poin dalam 16 Grand Prix. Pembalap asal Mallorca Spanyol itu hanya tiga kali mencetak poin pada race hari Minggu tahun ini dan belum pernah mencetak poin dalam sprint.

Tentu saja, cedera serius yang dialami Rins juga ada hubungannya dengan sifat RC213V, yang selama bertahun-tahun telah melemparkan pembalapnya ke aspal tanpa peringatan dan meskipun kontrol traksi sudah bekerja, seringkali juga disertai dengan highside. Sudah tak terhitung berapa kali Marc Marquez cedera parah sejak dia mengalami patah lengan atas di Jerez pada tahun 2020. Beberapa angka saja sudah cukup membuat kita merinding, tapi Repsol-Honda menghitung terjadi 45 crash pada balapan akhir pekan pada tahun 2023.

Sebagai perbandingan, sejauh ini Fabio Quartararo hanya sedikit sekali mengalami crash atau cedera meski Yamaha M1 juga sedang tidak baik-baik saja.

Stefan Bradl LCR
Stefan Bradl LCR

Akankah LCR Bertahan dengan Honda untuk Tahun 2025?

Dilema lain akan dihadapi HRC di masa mendatang. Seperti Yamaha, pabrikan motor terbesar di dunia itu bisa kehilangan satu-satunya tim satelitnya jika Lucio Cecchinello tidak puas.

Suasana hati Lucio sudah lebih baik. Pasalnya, dia kini harus kembali berkompetisi di Buriram tanpa pembalap pengganti Alex Rins seperti di Sachsenring dan Jerez. Di Misano, Rins digantikan Takumi Takahashi yang kalah 5 detik pada latihan hari Jumat karena tidak mengendarai motor Honda MotoGP selama 4 tahun. Di Jepang, Rins yang ternyata masih kesakitan memutuskan mundur usai melakoni latihan pada hari Jumat sehingga tes rider Stefan Bradl turun pada hari Sabtu. Di Australia, Rins juga mengundurkan diri namun Bradl sudah dalam penerbangan pulang.

Lucio Cecchinello yang merupakan bos tim balap yang sukses (bersama Honda di MotoGP sejak 2006), telah menerima tawaran dari Suzuki, Aprilia dan KTM sebelum perpanjangan kontrak HRC terakhir dan yang terbaru ‘dirayu’ KTM untuk 2024. Namun saking setianya dengan Honda, bos tim asal Italia itu tak mau memutus kontrak dengan HRC.

Yamaha, Aprilia, dan Pierer Mobility AG telah mengumumkan bahwa mereka akan bernegosiasi lagi dengan LCR untuk tahun 2025. Bahkan Ducati bisa menjadi pilihan jika misalnya tim VR46 milik Valentino Rossi bekerja sama dengan Yamaha untuk tahun 2025.

Untuk Aprilia misalnya, LCR secara finansial jauh lebih aman dibandingkan RNF milik Razlan Razali. Terdengar rumor bahwa ada percakapan antara CEO Aprilia Racing Massimo Rivola dan Cecchinello pada tes hari Senin di Misano pada bulan September lalu.

Honda telah kehilangan banyak tim satelit MotoGP dalam beberapa tahun terakhir, misalnya Gresini Racing, Marc VDS, AB Motorsport, dan Aspar Martinez. Dan saat itu, setidaknya motor masih kompetitif.

Read More

Casey Stoner: Marc Marquez Mengenal Honda dengan Sangat Baik, Apakah Dia Mampu Beradaptasi dengan Ducati?

RiderTua.com – Casey Stoner menganalisis pertarungan memperebutkan gelar dunia MotoGP antara Pecco Bagnaia dan Jorge Martin. Pembalap Australia itu juga berbicara tentang penandatanganan Marc Marquez dengan Ducati di tim satelit Gresini. Mantan pebalap MotoGP itu berbicara tentang pertarungan hebat perebutan gelar Juara Dunia yang sedang diperebutkan antara Pecco Bagnaia dan Jorge Martin. Stoner mengakui bahwa dia tidak tahu siapa yang lebih pantas mendapatkan gelar tahun ini, meskipun Jorge Martin semakin kuat dalam beberapa minggu terakhir.

Casey Stoner: Marc Marquez Mengenal Honda dengan Sangat Baik

Marc Marquez - Casey Stoner
Marc Marquez – Casey Stoner

Tentang performa Martin dia berujar, “Saya suka melihat orang-orang yang satu langkah di atas orang lain dan dia sudah seperti itu.. Tetapi pada saat yang sama kita tahu bahwa Pecco juga berkompetisi. Tahun ini adalah pertama kalinya dia mempertahankan gelar, pertama kali dia memimpin kejuaraan, dan dia melakukan beberapa kesalahan. Dan dia berubah dari posisi yang sangat dominan menjadi mengalami beberapa masalah di kejuaraan. Jadi saya pikir dia bisa direduksi menjadi salah satu dari mereka. Saya pikir sekarang tidak mungkin untuk mengatakan siapa yang bisa menang,” katanya.

Berita lain musim ini adalah perpisahan Marc Marquez dengan Repsol Honda setelah lebih dari satu dekade. Pembalap asal Cervera itu akan berbagi garasi dengan saudaranya Alex musim depan, di tim Gresini dan mengendarai Ducati GP23. Stoner berbicara tentang keputusan itu.. dia mengaku tidak memahami motivasi pembalap Spanyol tersebut. “Mengenai Marc, dia mungkin ingin bertahan di Honda. Tentu saja, dia telah melakukan pembicaraan dengan manajemen senior dan memahami bahwa mungkin mereka tidak melakukan upaya yang cukup, sehingga mereka tidak akan meningkatkan upaya untuk meningkatkan motornya dalam beberapa tahun ke depan. Jadi saya pikir, di satu sisi, Marc bisa bertahan di sana dan mencoba berjuang untuk kembali ke puncak. Di sisi lain, dia setidaknya bisa pergi ke motor yang dia tahu bisa memenangkan balapan, untuk mengetahui apakah itu dia atau motornya (yang bermasalah), ” jelasnya.

Read More

Alex Marquez Bisa Ketawa atau Nangis Bareng Kakaknya

RiderTua.com – Untuk MotoGP musim 2024, Alex Marquez dan kakaknya Marc akan dipertemukan kembali dalam satu pit di Gresini Ducati. Juara dunia dua kali (Moto3 2014 dan Moto2 2019) itu biasanya memilih untuk tidak berbicara terlalu banyak tentang kakaknya Marc dalam wawancara. Karena mereka akan menjadi rekan satu tim maka akan semakin banyak pertanyaan yang harus dijawabnya. Jika hasilnya bagus dan sering podium mereka akan bisa tertawa bersama merayakannya, kalau masih saja sering crash seperti di Honda, mereka akan nangis bareng..

Untuk sponsornya Estrella Galicia 0,0, pembalap berusia 27 tahun itu menjawab beberapa pertanyaan tentang situasi masa depan di garasi Gresini-Ducati dimulai dengan tata ruang. “2024 seharusnya menjadi tahun yang baik. Kami adalah rekan satu tim pada tahun 2020, tetapi kami tidak lama bersama karena cedera lengan atasnya yang serius. Namun terkadang dalam hidup kita mendapat kesempatan kedua dan menurut saya ini adalah kesempatan yang sangat bagus. Saya yakin dia juga akan merasa nyaman, seperti yang saya rasakan sejak awal,” ucap Alex sangat antusias menyambut suasana baru di Gresini Racing.

Alex Marquez : Tak Sabar Menunggu Marc Menguji Ducati dan Melihat Responnya

Marc marquez - Alex Marquez
Marc marquez – Alex Marquez

Sambil tersenyum Alex Marquez melanjutkan, “Tentu saja sambil bercanda kami mendiskusikan, terutama tentang pemilihan garasi, siapa yang di sebelah kanan atau kiri. Tetapi hal itu sebenarnya sudah diklarifikasi. Dia akan bekerja di garasi sebelah kiri. Saya sudah berada di tim selama 1 tahun dan Nadia sang pemilik tim mengatakan kepadaku bahwa, ‘kamu berada di sisi yang benar sejauh ini (sisi kanan) dan kamu tidak akan pindah ke mana pun’.”

“Terlepas dari lelucon tersebut, ini akan menjadi tahun yang krusial bagi kami berdua. Tahun yang penting karena dia adalah juara dunia 8 kali dan akan berada di garasi yang sama. Saya harap dia cepat. Semakin cepat dia melakukannya, semakin cepat saya dapat manfaatnya. Saya tidak sabar menunggu dia menguji motornya dan memberitahuku pendapatnya tentang motor tersebut. Mereka selalu mengatakan bahwa rekan satu tim kita adalah rival pertama kita, dan itu benar. Namun ikatan dan persaingan itu juga membantu kita membuat kemajuan,” imbuh rider asal Cervera Spanyol itu.

Alex Marquez membayangkan bahwa idealnya kedua pembalap Gresini-Ducati akan bertarung memperebutkan gelar juara dunia 2024. “Saya berharap demikian. Seperti yang saya katakan, ini akan menjadi tahun yang sangat penting bagiku, tahun kedua dengan motor yang sama dan tim yang sama jadi saya harus berusaha mencapai hal-hal luar biasa. Menurutku saya memiliki kecepatan yang diperlukan. Saya hanya perlu menjadi lebih kuat dan lebih sedikit membuat kesalahan. Jika kita bisa memulai tahun ini dengan baik, mengapa kita tidak memperjuangkan gelar?” ujar Alex.

“Saya tidak akan berbicara banyak tentang gelar, karena sebuah musim berjalan selalu panjang dan kita harus mempertimbangkan banyak aspek. Namun saya ingin secara konsisten berada di 5 besar dan berusaha berada di sana. Dan pada akhir musim untuk finis di 3 besar Kejuaraan Dunia,” pungkas pembalap yang saat ini menempati peringkat 11 dalam klasemen itu.

Read More

Stefan Bradl : Jika Diggia Jadi ke Honda Dia Harus Siap dengan Pekerjaan yang Sangat Sulit

RiderTua.com – Stefan Bradl melakukan tes di Jerez pada Selasa dan Rabu pekan ini, fokusnya untuk mempersiapkan musim 2024. Namun sejauh ini, pembalap kedua di tim pabrikan Repsol Honda bersama Joan Mir masih menjadi tanda tanya. Kandidat yang paling memungkinkan saat ini adalah Fabio Di Giannantonio. Dimana pembalap asal Italia itu harus digantikan oleh Marc Marquez di Gresini Racing.

Pembalap berusia 25 tahun itu hampir tidak menunjukkan prestasi apa pun dalam 1,5 tahun pertamanya di MotoGP, kecuali pole position di GP Italia di Mugello pada 2022 (dalam kondisi khusus di trek semi basah). Namun baru-baru ini, Diggia menorehkan hasil memuaskan dengan finis di posisi ke-4 di Mandalika dan naik podium pertama di kelas utama setelah finis ke-3 di Phillip Island.

Stefan Bradl : Jika Diggia Jadi ke Honda Dia Harus Siap dengan Pekerjaan yang Sangat Sulit

Bagaimana Stefan Bradl menilai Fabio Di Giannantonio? “Dia berasal dari Ducati, yang sangat ramah pembalap. Entahlah, tapi jika dia akhirnya bergabung dengan tim pabrikan Honda, itu akan menjadi tantangan besar baginya. Maka akan terlihat, apakah dia mampu melakukannya. Namun jika dia melakukan itu pada dirinya sendiri atau mengambil kesempatan ini, dia harus sadar bahwa itu adalah pekerjaan yang sangat sulit saat ini,” ujar pembalap asal Jerman itu memberi peringatan.

Membahas Honda RC213V, apakah Bradl lebih percaya pada pembalap muda atau pembalap berpengalaman seperti Johann Zarco yang berasal dari Pramac dan menandatangani kontrak dengan LCR selama 2 tahun? “Kita tidak bisa mengatakan apapun tentang itu. Entah itu sebuah peluang, pembalap muda tidak terlalu banyak berpikir dan tidak memiliki banyak pengalaman dengan motor lain. Dia hanya membalap dan itu bisa berhasil. Tapi dengan Zarco, dengan pengalamannya, mungkin dia bisa berkata, ‘Di Ducati hal itu dilakukan dengan satu atau lain cara, cobalah sekali saja’. Jadi hal ini dapat mempengaruhi pembangunan jangka panjang,” jawab Bradl.

Stefan Bradl
Stefan Bradl

Pembalap berusia 33 tahun itu melanjutkan, “Diggia pasti tahu beberapa hal tentang Ducati, tapi dia tidak tahu apa-apa tentang lainnya dan usianya masih tergolong muda. Terkadang dia cepat, tapi mungkin bahkan dia tidak tahu kenapa dia cepat. Pada akhirnya kita harus melihat apakah itu akan terjadi dan bagaimana dia akan melakukannya. Motor yang kami miliki saat ini tidak berada pada level yang sama dengan Ducati.”

Desmosedici GP jelas lebih ramah pembalap. “Semua pembalap dengan gaya balap berbeda kini cukup cepat. Tiga pembalap Ducati berada di puncak klasemen, memenangkan balapan demi balapan dengan pembalap berbeda. Tentu saja tim favorit Kejuaraan Dunia kini mulai muncul karena rasa percaya diri, momentum, dan bakat alami ada di sana. Itu juga berperan di mindset kita,” imbuh Bradl.

Namun hal berbeda terjadi pada RC213V. “Di Honda, Marc melakukan apa yang dia bisa. Dia adalah talenta luar biasa tapi hanya finis P15 di Australia. Di Thailand dia menunjukkan balapan yang sangat bagus dan finis di posisi ke-6. Kami juga harus memperhitungkan fakta bahwa ada karkas keras di ban belakang, yang agak ke arah kami. Ini menjadi sangat spesifik, namun pada dasarnya Ducati bekerja di area mana saja dan pembalap yang berbeda dengan gaya balap yang berbeda dapat memenangkan balapan atau naik podium dengan motor itu. Sebaliknya, di Honda hal itu mustahil,” tegas Bradl.

Hanya Marc Marquez yang kini menjalani tiga balapan tersisa di Repsol Honda, yang saat ini bisa memaksimalkan RC213V. “Ya, maksimal itulah yang ditunjukkan Marc. Kita masih bisa melihat betapa dia bersedia mengambil risiko. Dan kita dapat melihat bahwa saya selalu waspada. Bukan karena dia melakukannya dengan sengaja, itu karena dia tidak punya feeling,” jelas Bradl.

Sebuah masalah yang juga diketahui dengan baik oleh Bradl. “Saya sudah mengetahui hal ini sejak lama. Dan itulah mengapa dalam kondisi cuaca seperti di Jerez, tidak ada alasan bagiku untuk berpikir mengambil risiko,” ungkap Bradl merujuk pada spot lembab di Circuito de Jerez setelah turun hujan pada Selasa sore, yang sebagian mempengaruhi pekerjaan pengujian sehingga dibatasi selama beberapa hari terakhir.

“Karena saya tahu pasti bahwa hal itu hanya akan membuat kita mundur. Saya bisa melukai diri saya sendiri, program tes akan dibatalkan sama sekali. Saya harus memastikan bahwa saya membalap dengan cepat, tapi mengatur catatan waktu hanya agar terlihat bagus di atas meja tidak ada gunanya,” pungkas Stefan Bradl.

Read More

Francesco Bagnaia : Jika Start Lebih ke Depan akan Jauh Lebih Baik

RiderTua.com – Francesco Bagnaia bertarung bak singa di GP Thailand, namun pada akhirnya harus puas finis di posisi ke-2. Rival gelarnya Jorge Martin berhasil memenangkan balapan, yang coba dia salip dengan manuver berani dua lap sebelum race berakhir dari sisi luar. Namun usaha rider Ducati itu gagal. Meski demikian, pemimpin klasemen itu masih melihat banyak hal positif dari balapan di Buriram kemarin. Jika start dari depan, ban tidak akan cepat habis karena kalau start di barisan belakang ban akan berkurang dipakai untuk melibas pembalap sunmori di grup tengah. Jika start dari front row, ban yang tersisa cukup kuat untuk duel di lap-lap penentuan.

“Itu adalah salah satu balapan terbaik tahun ini, bukan dari segi hasil tapi menyenangkan. Sangat sulit untuk mengatur ban depan, tapi menurutku kami mengelolanya dengan sangat baik. Saya berusaha untuk selalu keluar dari slipstream dan melakukan yang terbaik. Tetapi ketika saya dekat dengan lawan, jauh lebih sulit untuk melakukan pengereman keras bukan hanya karena tekanannya tetapi juga karena suhunya,” jelas Pecco.

Francesco Bagnaia : Jika Start Lebih ke Depan akan Jauh Lebih Baik

Pecco Bagnaia - Jorge Martin
Pecco Bagnaia – Jorge Martin

Pecco Bagnaia menambahkan, “Menurutku masalah terbesar di sini adalah suhu yang panas. Ada lebih banyak kontak di awal dibandingkan saat sprint, tapi untungnya saya bisa bertarung lebih baik dengan campuran yang lebih keras. Wajar jika akan terjadi lebih banyak pertarungan jika kita start lebih jauh ke belakang, meskipun posisi ke-6 di grid tentu saja tidak buruk. Namun jika saya start lebih jauh ke depan, segalanya akan berbeda.”

Ketika ditanya apakah pertarungan Kejuaraan Dunia akan berlangsung hingga akhir musim di Valencia? Bagnaia menjawab, “Kita lihat saja. Kami memulai tiga balapan di luar Eropa dengan keunggulan 3 poin dan sekarang selisihnya menjadi 13 poin. Jadi grafiknya bagus. Dan hal baiknya adalah, saya menemukan feeling terbaikku lagi.”

“Di balapan, saya mampu mengerem dengan keras, terlibat banyak duel dan kuat sepanjang akhir pekan. Itu sebabnya, saya sangat kesal saat sprint karena saya ketinggalan start dan kehilangan terlalu banyak poin, padahal saya cepat. Kami harus meningkat yakni pada lap pertama sprint dan saat mengejar waktu,” pungkas murid Valentino Rossi itu.

Read More

Aleix Espargaro : Saya Pembalap Nomor 5 Terbaik Musim Ini

RiderTua.com – Aleix Espargaro mengungkapkan bahwa balapan pada hari Minggu di Buriram adalah balapan terburuk dalam hidupnya karena panas ekstrem di Aprilia RS-GP, yang menyebabkan masalah pernapasan parah bagi para pembalap Aprilia. Lebih buruknya lagi, kemudian dia kehilangan posisi ke-5 karena untuk kedua kalinya musim ini, tekanan udara pada ban depannya tidak melebihi nilai minimum yang ditentukan oleh Michelin untuk 50 persen putaran balapan yang disyaratkan.

Duel sengitnya melawan Marc Marquez jauh lebih menghibur, setidaknya bagi penonton. “Saya tidak terlalu menikmati duel itu. Saya mencoba tampil agresif untuk merebut posisi dan maju karena menurutku dengan kecepatanku, saya bisa memperebutkan podium. Saya kalah dalam duel tersebut. Tapi itulah balapan, itu bagian dari permainan,” tegas Aleix.

Aleix Espargaro : Saya Pembalap Nomor 5 Terbaik Musim Ini

Dari sudut pandang Aleix Espargaro, pertarungan tersebut agak terlalu dekat. Sambil tersenyum dia menjelaskan, “Bagiku itu terlalu banyak kontak, tapi it’s oke. Jika kami bermain, maka kami akan bermain. Dia tahu caraku membalap. Aku tidak terlalu suka jika ada sentuhan. Tapi kalau terpaksa, kita bisa bermain, bersenang-senang dan kuharap orang-orang menikmatinya.”

“Tapi aku kehilangan waktu dalam prosesnya. Namun, aku dan motorku tidak cukup kompetitif untuk naik podium. Empat pembalap yang melewati garis finis sebelum saya adalah empat pembalap terbaik musim ini dan saya pembalap nomor 5,” tambah pembalap yang saat ini menempati peringkat 5 dalam klasemen itu, mengacu pada pemenang GP Thailand Jorge Martin, pemimpin klasemen Pecco Bagnaia, rider Red Bull KTM Brad Binder dan pembalap muda VR46 Marco Bezzecchi.

Klasemen MotoGP Usai GP Thailand
Klasemen MotoGP Usai GP Thailand

Dibandingkan GP Thailand tahun lalu, performa ujung tombak Aprilia itu masih selangkah lebih maju, meski akhirnya hanya finis di posisi ke-8 karena kena penalti 3 detik. “Saya sangat senang dengan penampilanku. Jika kita melihat pembalap Aprilia lainnya dan menganalisa hasil Aprilia di Buriram tahun lalu, maka itu adalah salah satu trek tersulit bagi kami. Jika kita juga mempertimbangkan kondisi dan panas motor, itu adalah balapan yang sangat kompetitif. Saya bangga dengan pekerjaan ini. Kita boleh bangga, tapi itu tidak cukup. Tidak, itu tidak cukup bagiku,” tegas rider asal Spanyol yang tinggal di Andorra itu.

Seperti diketahui, Aleix Espargaro mampu melibatkan diri dalam perebutan gelar dengan Aprilia pada tahun 2022. Namun kemunduran besar terjadi di balapan luar Eropa, 0 poin di Motegi (setelah kecerobohan dalam pemetaan dan berganti motor setelah lap pemanasan), posisi ke-11 dalam balapan hujan di Buriram, posisi ke-9 di Phillip Island, dan posisi ke-10 di Sepang merupakan hasil yang buruk pada tahun lalu.

Bagaimana penilaian Aleix terhadap tur di Asia dan Australia tahun ini? “Media harus menilaiku dan timku. Saya merasa kami jauh lebih baik. Tahun lalu kami nyaris tidak berhasil masuk 10 besar. Sekarang saya finis di posisi kelima di Jepang. Di India saya finis di posisi ke-5 ketika motorku rusak. Saya juga finis ke-5 di Buriram. Di Indonesia saya melakukan kesalahan pada ban, namun saya hampir finis di posisi terdepan. Saya sangat bangga dengan kecepatannya, tapi saya ingin hasil yang lebih baik,” pungkas Papa Max dan Mia itu.

Read More

Mesin Baru Yamaha M1 2024 Gabungan Italia dan Jepang

RiderTua.com – Yamaha menjamin mesin baru M1 2024 akan menjadi yang pertama lahir dari kolaborasi antara insinyur Italia dan Jepang.. Bos tim Yamaha MotoGP mengatakan, “Mesin Yamaha 2024 akan menjadi yang pertama lahir antara Italia dan Jepang,” kata Massimo Meregalli.. Mesin Yamaha yang kencang akan muncul di tes akhir Valencia. Kini pabrikan Eropa menjadi acuan bagi tim-tim MotoGP dalam hal teknologi, dengan kolaborasi teknologi ini tentunya Quartararo tidak akan kabur ke tim lain, karena dijanjikan motor Jepang rasa Eropa.

Fabio Quartararo Kecewa

Tes Misano terakhir meninggalkan perbedaan pendapat penting antara Fabio Quartararo dan Yamaha. Sementara pembalap Prancis itu mengaku kecewa setelah kontak pertamanya dengan M1 2024, Meregalli menegaskan bahwa hasil tes dari pihak pabriknya memuaskan.. “Di Misano, bagian yang paling menonjol adalah mesin baru. Kami semua mencari power mesin yang lebih besar, dan kami berhasil mencapai ekspektasi yang telah kami tetapkan di awal. Katakanlah itu basis standar, di Valencia kami akan meletakkan langkah pertama di trek,” jelasnya terkait dengan evolusi yang akan dicoba Quartararo dan Alex Rins dalam tes Valencia pada bulan November.

Meregalli tidak asing dengan kritik yang dilontarkan para pembalapnya terhadap karakter mesin tahun ini. Meskipun jantung mekanis M1 2023 sebenarnya menawarkan lebih banyak power dan top speed, perubahan yang diperkenalkan oleh para insinyurnya juga memperburuk responsnya, dan itu adalah sesuatu yang telah dikomentari Cal Crutchlow dalam tes pertamanya dengan M1.. “Sejak Cal bergabung dengan kami, dia selalu mengeluh tentang agresivitas mesinnya, dan kemudian Fabio juga mulai mengeluhkan hal yang sama. Komentar tersebut telah memandu pengembangan kami,” jelas Meregalli, yang berharap dapat memberikan mesin 2024 kepada pembalapnya dengan segala potensinya dalam beberapa bulan, yaitu di Valencia.

Mesin baru ini sedang diracik oleh teknisi Italia dan Jepang.. Di benua Eropa, insinyur veteran dari paddock Kejuaraan Dunia Formula 1, Luca Marmorini, bekerja lebih erat dari sebelumnya dengan divisi mesin Yamaha di Iwata, dan dari kolaborasi ini akan lahir pada mesin 2024.. “Interaksi antara orang-orang Italia dengan dipimpin Luca Marmorini dan departemen pengembangan mesin Yamaha Jepang menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Mesin ini akan menjadi yang pertama lahir dari kolaborasi antara Italia dan Jepang.”

 

Read More